Navigasi

2010/11/01

Amesoeurs

November 1.
Halloween telah usai dan para setan berjas kembali ke kantornya masing-masing, menghitung lembar-lembar yang mereka dapatkan dari royalti pemakaian wajah mereka untuk kostum berharga jutaan rupiah yang dipakai para manusia untuk berpesta merayakan ketakutan. Sementara itu di belahan bumi lainnya, para gerombolan gamis berteriak-teriak lantang, "FESTIVAL IBLIS! HARAM! DAJJAL! FREEMASON!" sementara tetangganya gelisah menunggu Jumat Kliwon yang tak kunjung tiba.
Sedangkan saya? Sibuk menyusun rencana untuk mengkudeta setan dari tahta monopoli mereka terhadap Halloween. Seharusnya tuhan juga menerapkan antitrust law untuk festival-festival seperti ini.

Hmm..

Ah sudahlah, persetan dengan Halloween.
Pada momen kali ini saya akan membahas, mengomentari, atau sekedar meracau tentang Amesoeurs, sebuah band yang cukup berhasil mengawinkan dengan paksa dua buah aliran, yaitu post-punk dan black metal. Ya, saya masih akan membahas tentang anak haram bernama post-black metal yang lahir dari sebuah pemerkosaan brutal yang dilakukan oleh kaum hipster terhadap sang perawan bangsat, black metal (mungkin tidak masalah bagi Gaahl, because he love it from the back, hardcore).

Amesoeurs

Mari bercerita singkat tentang Amesoeurs.
Amesoeurs didirikan pada tahun 2004 oleh Neige (ya! lagi-lagi dia!), Audrey Sylvain, dan Fursy Teyssier dari Les Discrets, sebuah proyek dark folk yang menurut saya, artwork cover albumnya jauh lebih membuai dibandingkan musiknya. Umur Amesoeurs tidak terlalu panjang, hanya lima tahun. Selama lima tahun masa hidupnya, Amesoeurs hanya sempat mengeluarkan tiga rilisan sebelum konflik berpilin dan membubarkan mereka. Diskografi mereka adalah sebagai berikut:
  • 2004 - Ruines Humaines [EP]
  • 2007 - Valfunde/Amesoeurs [Split]
  • 2009 - Amesoeurs [Full-length]
Kenapa mereka membubarkan diri? Dari berbagai sumber yang saya baca, alasan mereka adalah karena konflik internal dan ketidakselarasan pandangan akan masa depan band. Alasan "konflik internal" cukup masuk akal, mengingat bahwa ada masa lalu yang pernah indah antara Neige dan Audrey. Menarik ya? Tapi saya bukanlah seorang spesialis gosip dan juga tidak berminat untuk mengirim artikel ini ke SILET. Jadi, mari biarkan Feny Rose saja yang mengurus masalah gosip, kita bahas musiknya saja, shall we?

Saya hanya akan membahas tentang album full-length mereka saja, karena sepertinya dewa google tidak mampu membantu saya untuk menemukan download link yang masih aktif untuk mengunduh EP dan album Split mereka. Sepertinya google tidak begitu maha kuasa ya?

Amesoeurs memasukkan begitu banyak genre sebagai bumbu dalam album self-titled mereka, sehingga sulit sekali untuk menentukan musik apa saja yang meng-influence mereka. Namun saya bisa menemukan dua genre yang lumayan menonjol pada Amesoeurs: post-punk dan black metal. Amesoeurs berhasil memadukan kedua genre yang tidak saling kenal tersebut ke dalam kerangka aransemen yang unik. Contoh paling menarik ada pada track "Heurt", yang menggabungkan sound gitar yang kotor, blastbeat, dan tremolo-picking ala black metal dengan melankolia suara vokal Audrey yang datar mengiris. Ekstatik.

Album self-titled ini juga mengandung beberapa track yang lebih menonjolkan wajah post-punk dari Amesoeurs. Tapi jangan harap kalian akan menemukan Arctic Monkeys atau Bloc Party di sini. Coba saja tengok tembang-tembang seperti Les Ruches Malades, Faux-Semblants, Video Girl, dan Amesoeurs. Kalian tidak akan menemukan dansa-dansi bahagia pada track-track tersebut. Amesoeurs mendekonstruksi post-punk lalu membangunnya kembali dengan nihilisme black metal yang lirih, menghasilkan sebuah komposisi keluhan-rintihan-jeritan yang bercerita tentang betapa banalnya dunia modern.

Amesoeurs memang cukup kontroversial. Mereka membuat para puritan black metal mencak-mencak, mengutuki mereka 666 keturunan. Darah Amesoeurs menjadi halal untuk ditumpahkan. Neige, sebagai salah seorang otak dari band ini, memang terkenal di scene black metal sebagai kafir. Proyek-proyek Neige banyak dikenal sebagai proyek murtad. Salah satu contohnya adalah Alcest, yang sangat "lembut" dan melankolis (oh betapa kedua kata ini dapat membuat para kvlthead itu bergidik murka). Beda halnya dengan para kritikus musik. Mereka terhenyak kagum atas keberhasilan Amesoeurs menggabungkan dua genre musik yang sangat bertolak belakang menjadi satu kesatuan.

Saya akui musik mereka memang unik dan berani, namun ada beberapa hal yang menurut saya menjadi poin minus Amesoeurs. Poin pertama adalah vokal Audrey yang datar. Dalam kadar tertentu kedataran vokal Audrey memang dapat menjadi poin plus, namun alangkah lebih menariknya apabila Audrey dapat lebih bermain-main dalam dinamika vokal agar dapat mendepak Neige keluar sepenuhnya dari area vokal. Entahlah, band metal dengan vokalis wanita selalu terdengar lebih lezat bagi saya. Apalagi apabila Audrey juga dapat turut menyumbangkan teriakan dan jeritannya ke dalam lini vokal, wah!

Poin kedua ada pada lini komposisi. Amesoeurs kadang dapat terdengar begitu menjemukan. Sepertinya mereka terlalu banyak meminjam sifat post-punk: riff-riff yang repetitif dan hentakan perkusi yang hampir sama nyaris tanpa variasi. Come on! Ini adalah album metal, harusnya mereka dapat bermain-main lebih berani sedikit lagi di area komposisi ini. Kami mendengarkan kalian bukan untuk berdansa resah, Amesoeurs!

Tapi sejujurnya, kekurangan-kekurangan tersebut tidak mengurangi kenikmatan album self-titled Amesoeurs ini. Malah, saya penasaran untuk mendengar lebih jauh tentang eksperimentalia apa lagi yang akan lahir dari rahim mereka. Namun apabila mendengar beberapa bagian lagu dari Amesoeurs, sepertinya album ini adalah album puncak mereka. Bila Ruines Humaines adalah perkenalan antara post-punk dan black metal dan Amesoeurs adalah sebuah one-night stand,  maka biarkan mereka bercumbu dan berpisah di album ini, karena sesungguhnya sebuah pernikahan yang dipaksakan hanya akan menemui kehancuran.

Tak apalah.
Masih banyak chord di lautan not, bebaskan dirimu wahai musik!




---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Amesoeurs (Full-length, 2009)




Tracklist
1. Gas in Veins
2. Les Ruches Malades
3. Heurt
4. Recueillement
5. Faux Semblants
6. I XIII V XIX XV V XXI XVIII XIX – IX XIX – IV V I IV
7. Trouble (Éveils Infâmes)
8. Video Girl
9. La Reine Trayeuse
10. Amesoeurs
11. Au Crépuscule de Nos Rêves



link

2010/10/12

ZOMBIE

hidup tak berotak
sakit tak memberontak
dibunuh, melenguh

perlawanan? huh!
kalian hanya pasrah dalam perlawanan hampa kalian
ya, perlawanan lantang tanpa tentang
miskin esensi, kosong tak berisi
zombie!

perjuangan kalian sama percumanya seperti sesumbar REC pada Blair Witch
yang berakhir di ujung pojok kamar Ebert
nihil, bodoh!

dan lihat!
kalian berkeliaran di mall-mall "kosong" bagai ternak, bagai sapi, bagai mati!
menukar sekeping hidup dengan senjata yang tak akan pernah kalian gunakan
karena medan perang tak akan pernah memberikan kesempatan untuk berdandan

tapi bisakah kalian lihat? "PAHLAWAN" itu menembaki kalian dengan shotgun dan timah!

maka kubilang: MATI!
kalian hanyalah infantri tak berarti
berjejer-berzirah tanpa bernilai
harga kalian sama dengan besi-murahan yang kalian pakai




salam terakhirku untuk kalian:
"semoga kalian semua berakhir seperti Fido, kawan!"

kalian




Oktober 12, 2010
murni amarah

2010/09/26

Sada Abe dan Serentetan Tandatanya tentang Cinta

Sada Abe.
Pesakitan bagi sebagian orang, mengharukan bagi sebagian lainnya. Bagiku, membingungkan.



Mari bercerita

Sada Abe adalah seorang wanita biasa. Terlalu biasa, mungkin, apabila dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Kawin lari dan nimfomaniak menghiasi track record kehidupan saudara-saudaranya yang lain. Suatu aib yang sukses membuat orangtua mereka yang terhormat menggerus dada dengan miris.

Mungkin bisa dibilang Sada Abe adalah seorang hipster pada zamannya. Malam adalah rumah keduanya dan fashion, adalah cemilannya. Biasa. Seorang hipster yang terlalu takut untuk melewati batas-batas juridiksi keluarga dan norma. Responsible hipster? Conformist hipster?

Entah

Sampai pada suatu saat Sada Abe bertemu dengan gerombolan hipster lainnya, yang sayangnya amoral. Ia diperkosa dengan brutal, suatu kejadian yang mungkin membuatnya "haus" di kemudian hari. Abe berubah. Sejak saat itu ia seakan-akan persetan dengan dunia. Kepuasan membuatnya liar.

Merasa tidak sanggup, orangtuanya mengirim Abe ke tempat Geisha, suatu tindakan hukuman yang lazim dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anaknya yang nekat mencicipi seks. Kejam mungkin, tapi... ah entahlah, dengan alasan apapun bagiku itu tetap tindakan yang kejam, tanpa embel-embel sedikit atau mungkin.

Abe terhempas kesana-kemari. Pertaubatan dan lumpur datang silih berganti. Namun keduanya tidak ada yang betah berdiam di nurani Abe. Badai ini terus berlangsung sampai Abe bertemu dengan Kichizo Ishida, dan Cinta.

Cinta menciptakan realitas dan rasionalitas baru bagi Abe. Ia menemukan dunianya, dirinya, dan bahagianya pada Kichi. Rasionalitas baru ini pun menghentakkan Abe pada rasionalitas lamanya yang telah membusuk; ia tak akan pernah memiliki Kichi karena ia sudah memiliki tempat untuk kembali.: istri dan keluarganya. Satu-satunya tempat di mana mereka bisa bersama adalah di pekarangan tuhan.

Mereka bercinta nyaris seminggu-suntuk. Liar. Abe pun menjadi obsesif. Eros, Agape, dan Philia seakan lebur menjadi absurd. Normal seakan kehilangan maknanya saat mereka mulai bertemu dengan betapa orgasmiknya sado-masokis itu. Cinta kehilangan rasionalitasnya, ia bermetamorfosa. Entah menjadi kupu-kupu atau kecoak.

Seiring dengan semakin tenggelamnya mereka dalam pesona sado-masokis, Abe dan Kichi mulai bermain-main dengan maut. Mereka saling mencekik untuk mencapai orgasme. Bagaikan kerasukan, Abe pun mencekik Kichi dalam tidurnya hingga tewas. Ia kemudian memotong alat kelamin Kichi sebagai kenang-kenangan akan cinta mereka dan menulis "Sada, Kichi together" di tubuh Kichi sebagai tanda cintanya yang, semoga, suci.

Abe berniat untuk menyusul Kichi ke halaman belakang tuhan, namun ia merasa masih memiliki keterikan dengan penis Kichi, yang sepertinya sudah berteman baik dengan vaginanya. Maka Abe memutuskan untuk berhubungan dengan potongan penis Kichi untuk terakhir kalinya sebelum ia menyusul Kichi.

Tapi sayang sekali Abe harus kembali bertemu dengan kenyataan yang menyebalkan, bagai salesman yang tidak pernah engkau harapkan kedatangannya ke mulut rumahmu. Polisi datang pada sore harinya, mengakhiri mimpi indah Abe dan membungkamnya rapat-rapat saat dunia kembali menjemputnya dengan realitas.

Abe bertemu dengan negara dan rasionalitasnya: hukum. Namun sepertinya ia dapat menemuinya dengan damai. Mungkin karena ia tahu bahwa tidak ada lagi perempuan yang dapat menyentuh Kichi selain dia.

Selesai, happy ending?


Berkat Sada Abe, aku semakin bingung dengan makna cinta yg sesungguhnya.

 

Apakah memutilasi penis pasangan juga bisa tergolong cinta?


Apakah berkencan dengan potongan penis pasanganmu yang tergeletak lunglai di dalam tasmu juga termasuk cinta?


Apakah bercinta dengan potongan penis pasanganmu yang telah engkau mutilasi juga termasuk cinta?





ah betapa rumitnya manusia itu

 

 

2010/09/21

Ahmad Wahib

“Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. Jadi dia menghina Tuhan karena kepercayaannya hanya sekedar kepura-puraan tersembunyi."

Tulisan di atas adalah kata-kata yang ditulis oleh Ahmad Wahib pada buku hariannya. Kata-kata yang sudah sering diabaikan oleh orang-orang yang mengaku ber-Tuhan. Mereka lebih memilih memasang otot sebagai tameng daripada akal, dan hati nurani. Alhasil, diskusi pun mati. Lenyap terseret oleh arus kekerasan.

Melalui kesempatan berdiskusi kali ini, kami mengajak kawan-kawan untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran Ahmad Wahib dalam konteks fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama, yang mana mulai meluap muncul ke permukaan lagi baru-baru ini.

Diskusi ini rencananya akan diadakan pada:
Selasa, 28 September 2010
Pukul 16:00-18:00 WIB

Bertempat di:
Auditorium Gedung Komunikasi FISIP UI


Sampai jumpa di alam diskusi, kawan!

-- Kelompok Diskusi Astina
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yak, yang berikut tadi adalah sepatah titipan dari Kelompok Diskusi Astina. Saya tidak akan berlama-lama menjelaskan tentang Astina. Kenapa? Males; sekian-terimakasih.
Maaf, tidak bermaksud untuk menjadi bedebah-bangsat-mati-lo-sana tapi semuanya mengenai Astina bisa dibaca di facebook, twitter, dan blognya. Cool?

Okelah, cool lah ya.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin copy-paste. Ya, copy-paste beberapa kutipan dari Ahmad Wahib, seorang tokoh pemuda Indonesia yang menurut saya patut mendapatkan ekspos yang sama, bahkan mungkin lebih besar, dari Soe Hok Gie. Untuk seluk-beluk mengenai kehidupan dan pemikiran beliau sepertinya bisa tanya kepada Mbah Google aja, dia lebih berpengalaman dalam menjejali pikiran kalian dengan pangetahuan dibanding saya (baca: males).

Mungkin ada yang tanya, kenapa copy-paste doang? Karena, menurut argumen pretensius dan sok bijak saya, setiap orang pasti punya interpretasi sendiri terhadap kata-kata beliau dan apa yang saya pikir cukup menohok tepat ke celah akal saya belum tentu menyerang titik kelemahan akal kalian juga. Selain itu saya juga gak mau memimbar-jumatkan blog ini dengan khotbah kenapa kata-kata tersebut harus, patut, dan wajib dipikirkan. (baca: males)

Berikut ini kutipan-kutipannya. Selamat terdiam-merenung!


"Aku bukan Hatta, bukan Soekarno, bukan Syahrir, bukan Natsir, bukan Marx, dan bukan pula yang lain-lain. Bahkan, aku bukan Wahib.
Aku bukan Wahib. Aku adalah me-Wahib. Aku mencari, dan terus menerus mencari, menuju, dan menjadi Wahib. Ya,  aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus menerus berproses menjadi aku."
-- Ahmad Wahib

“Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. Jadi dia menghina Tuhan karena kepercayaannya hanya sekedar kepura-puraan tersembunyi."

-- Ahmad Wahib


"Tuhan, bisakah aku menerima hukum-Mu tanpa meragukannya lebih dahulu? Karena itu Tuhan, maklumilah lebih dulu bila aku masih ragu akan kebenaran hukum-hukum-Mu. Jika Engkau tak suka hal itu, berilah aku pengertian-pengertian sehingga keraguan itu hilang. Tuhan, murkakah Engkau bila aku berbicara dengan hati dan otak yang bebas, hati dan otak sendiri yang telah Engkau berikan kpadaku dengan kemampuan bebasnya sekali ? Tuhan, aku ingin bertanya pada Engkau dalam suasana bebas. Aku percaya, Engkau tidak hanya benci pada ucapan-ucapan yang munafik, tapi juga benci pada pikiran-pikiran yang munafik, yaitu pikiran-pikiran yang tidak berani memikirkan yang timbul dalam pikirannya, atau pikiran yang pura-pura tidak tahu akan pikirannya sendiri" 

-- Ahmad Wahib


"Tuhan, aku menghadap padamu bukan hanya di saat-saat aku cinta padamu, tapi juga di saat-saat aku tak cinta dan tidak mengerti tentang dirimu, di saat-saat aku seolah-olah mau memberontak terhadap kekuasaanmu. Dengan demikian Rabbi, aku berharap cintaku padamu akan pulih kembali."

-- Ahmad Wahib

2010/09/08

Peste Noire

September, 8.
Hampir sebulan ya? Ah biarin deh, namanya juga blog suka-suka.
Kali ini gw pengen nulis sebuah.... review? Bukan, komentar. Ya, sebuah komentar tentang sebuah band Black Metal asal Prancis bernama Peste Noire yang diotaki oleh seorang bajingan individualis bernama Famine.

si bajingan individualis

Gw pertama ketemu dengan band ini di mediafire, sekitar 2 minggu yang lalu setelah mata gw gak sengaja nabrak sebuah deskripsi di sebuah situs jauh-entah-dimana yang bertuliskan "Black Metal combined with French literatures and folk music". Oh wow, gw terhenyak, tertarik, dan memutuskan untuk mengunduh album ini (walaupun Famine dalam suatu wawancara mengatakan "MY MUSIC IS NOT MEANT TO BE LISTENED TO ON A FUCKING COMPUTER"). Ah screw you Famine!

Sembari menunggui speedy yang terkantuk-kantuk, saya bertolak menuju Google Sang Maha Pencari untuk menggali hal-hal lain mengenai band ini; konsep bermusik, tema lirik, dan hal-hal lain yang mungkin kurang berharga dibandingkan malam senyap yang seharusnya dipakai untuk belajar (yeah rite). Gw menemukan sebuah wawancara yang menarik antara Diabolical Conquest, sebuah webzine asal entah-dari-mana, dengan Famine mengenai Peste Noire dan gosip-gosip ala Feny Rose di seputarnya. Ah dasar kurang kerjaan, dibacalah wawancara tersebut oleh pemuda yang seharusnya belajar ini. Ada suatu bagian yang menarik. Famine menyebutkan bahwa dia adalah nasionalis dan juga satanis. Err... What? Ya, gak salah denger kok: satanis-nasionalis. Ini udah kayak denger berita kalo Amerika Serikat sama Uni Soviet kawin lari dan ngelahirin Gurun Gobi. Bagaimana bisa dia menyatukan nasionalisme, yang kadangkala menuntut pengorbanan individu, dengan satanisme, yang mana menjadi simbol kebebasan, individualisme, dan pemberontakan? Entah deh, prajurit-prajurit Black Metal ini tidak pernah terdengar rasional bagi gw.

Beranjak ke musik. Album pertama mereka, La Sanie des siècles, buat gw merupakan album yang sangat asik dari lini sound, komposisi dan dinamika, serta atmosfer. La Sanie des siècles benar-benar menggambarkan chaos secara keseluruhan. Dari lini sound misalnya, mereka merekam album ini dengan peralatan yang sangat buruk dan mixing yang sangat ofensif bagi telinga (yah, kebanyakan band Black Metal kvlt memang seperti itu sih), menghasilkan tembang-tembang metal yang "kotor". Gw rasa sound seperti ini justru cocok untuk tipe band seperti Peste Noire ini. Hey, suara seperti apalagi yang cocok untuk mendampingi lirik-lirik tentang keputusasaan dan kebusukan manusia selain sound-sound yang kotor dan sedikit mentah?

Pindah ke dinamika dan komposisi. Peste Noire benar-benar bagaikan hamster yang overdosis kuaci di lini ini. Sinting! Baroque-influenced French Folk dan rentetan tremolo picking bersahut-sahutan dengan sangat tidak sopan dan sukses menghajar telinga gw dengan raungan nada-nada yang chaotic untuk kemudian menenangkannya dengan nada-nada melankolis nan kelam, menggambarkan keputusasaan yang muram dan busuk. Riff-riff di album ini juga patut diacungi bintang. Catchy, namun tidak terlalu pretensius dan teknikal seperti band-band Technical Death Metal. Kadar agresivitasnya cukup untuk mengingatkan lo kalo La Sanie adalah album Black Metal, bukan Folk. Oh dan gw juga cukup terkejut dengan bagian solo-solo gitar dalam aransemen mereka. Jarang banget gw menemukan solo gitar yang orgasmik di band-band Black Metal dengan tipe sound seperti ini.

Kabarnya, Peste Noire mendapatkan sambutan yang baik dari para sobat Black Metal. La Sanie meledak di pasaran dan sibuk merajai tangga lagu Black Metal di seantero jagad. Mereka dikait-kaitkan dengan gerakan Depressive Black Metal dan Post-Black Metal yang lagi ngeksis di kalangan hipster. Beberapa orang berbisik-bisik bahwa ketenaran dan kenampolan mereka ini adalah buah karya kejeniusan Neige, seorang selebriti di kalangan Black Metal yang terkenal dengan proyek-proyeknya seperti Alcest, Amesoeurs, Lantlos, Mortifera, dan entah-proyek-apa-lagi-gw-gak-hapal. Melihat fenomena ini muntablah Famine. Dia misuh-misuh di wawancara ini bahwa Peste Noire adalah anak tunggalnya, dia gak pernah diperkosa sama Neige sama sekali dan dia ngebesarin Peste Noire sendirian dengan konsep-konsep yang muncul dari buah pemikirannya sendiri (berat ya jadi single parent). Famine muak ngeliat Peste Noire selalu dikaitin dengan gerakan Post-Black Metal. Well, gak heran juga sih soalnya dari segi aransemen dan part-part Folk yang Famine masukin album La Sanie memang bisa digolongin sebagai Post-Black Metal. Sebagai komentar atas segala fenomena ini maka lahirlah album kedua yang berjudul Folkfuck Folie. Judul albumnya cukup mendeskripsikan isi dari album ini secara lugas. Folk mereka tinggalkan dan sebagai gantinya mereka mengadopsi elemen-elemen dari crust punk. Album kedua ini jauh lebih lugas, telak tanpa basa-basi. Soundnya juga lebih busuk dari album sebelumnya. Famine sengaja untuk bikin album ini sebagai album yang bikin orang normal bakal berhenti ngedengerin setelah track kedua. Tidak percaya? Baca saja:

"...the guitar sound on Folkfuck Folie is the result of a bet between me and a friend, which was to create the ugliest and most irritating sound possible, in order make the album unlistenable after having heard two songs." -- Famine

See? He did this album for the lulz obviously. Dan sepertinya Famine baru kembali serius di album ketiga, Ballade cuntre lo Anemi Francor. Di album ketiga ini, Famine bereksperimen dengan apa yang dia sebut sebagai "Black n Roll". Okay, that was weird. Gw tiba-tiba membayangkan Chuck Berry pake corpsepaint.



ini namanya corpsepaint, anak-anak!

Famine kembali ke tujuan awalnya: membuat sebuah musik yang dibenci orang. Ya, dan dia sepertinya berhasil. Gw banyak menemukan review jelek tentang Ballade, kebanyakan masih mengomentari betapa berbedanya album ini dengan album pertama mereka yang "vberkvlt". Gw ngeliat hal ini sebagai kemenangan Famine; kemenangan atas para fans, kritikus, dan media. Semua orang menuntut musik Black Metal yang bagus itu harus A, B, kemudian ditambah dengan sedikit C dan rentetan D. Musik jadi memiliki manual. Ia tereduksi dari seni menjadi sekedar komoditas. Seragam. Famine menolak itu semua. Ia justru memutuskan untuk menulis musik yang buruk dengan kualitas produksi yang tidak kalah buruknya. Gw lebih melihat album ini sebagai sebuah pernyataan, sebuah sikap, bahwa ia menolak tunduk terhadap apapun, termasuk kritikus, selera pasar, bahkan terhadap ekspektasi pendengarnya juga. Maka ia bermusik dengan merdeka, tanpa keterikatan kewajiban yang mengharuskannya untuk menulis musik yang "bagus".

Yak sekian bacotan dari saya kali ini. Cukup panjang dan pretensius memang. Ah tapi persetan deh, blog-blog gw ini.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

La Sanie des siècles - Panégyrique de la dégénérescence (Full-length, 2006)


Tracklist
1. Nous Sommes Fanés
2. Le Mort Joyeux
3. Laus Tibi Domine
4. Spleen
5. Phalènes Et Pestilence - Salvatrice Averse
6. Retour De Flamme (Hooligan Black Metal)
7. Dueil Angoisseus (Christine De Pisan, 1362-1431)
8. Des Médecins Malades Et Des Saints Séquestrés

link

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Folkfuck Folie (Full-length, 2007)



Tracklist
1. L'Envol du Grabataire (Ode à Famine)
2. Chute Pour Une Culbute
3. La Fin Del Secle
4. D'un Vilain
5. Condamné à la Pondaison (Légende Funèbre)
6. La Césarienne
7. Maleiçon
8. Amour ne m'amoit ne je li
9. Psaume IV
10. Extrait Radiophonique d'Antonin Artaud
11. Folkfuck Folie
12. Paysage Mauvais

link

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ballade cuntre lo Anemi Francor (Full-length, 2007)


Tracklist
1. Neire Peste
2. La Mesniee Mordrissoire
3. Ballade Cuntre les Anemis de la France - De François Villon
4. Concerto Pour Cloportes
5. La France Bouge - Par K.P.N. (Chant de l'Action Française)
6. A la Mortaille!
7. Vespre
8. Rance Black Metal de France
9. Requiem Pour Nioka (Á un Berger-Allemand)
10. Soleils Couchants - De Verlaine

link

2010/08/13

Aura Noir - Black Thrash Attack (1996)


Bertemu kembali dengan saya di pojok racau dan musik tilep-an. Kali ini gw bakal ngebahas band bernama Aura Noir dan albumnya yang berjudul Black Thrash Attack. Whoa whoa whoa, fuckin rad, eh?

Gimana gw bisa bertemu band kvlt ini? Yah, ga ada salahnya berbacot-ria sejenak sebelum masuk ke albumnya. Gw nemu nama band ini secara gak sengaja ketika gw sedang browsing situs dari ilustrator dan desainer favorit gw, Justin Bartlett. Di tengah takjubnya gw dengan goretan-goretan dan racauan-racauannya yang secara tidak langsung berpotensi membakar sumbu ledak para kaum black metal horde yang kvlt dan trve as fvck itu, tanpa sadar mouse gw berlari-lari liar mengeklik link ini dan beberapa abad speedy kemudian gambar ini pun terpampang di monitor laptop buluk gw:


"What the fuck man, ini nonjok banget gambarnya hahaha!", pikir gw sambil terkayang-kayang (engga deng). Gambarnya seakan mengolok-olok para black metal horde yang, kalo bahasa bulenya, "took their music too seriously". Yah, lo bayangin aja kurang frik apa coba orang yang bikin aksesoris dari pecahan tengkorak temennya yang mati bunuh diri haha.

Anyway, gambar itu gw posting di mana-mana untuk nyindir orang-orang yang, kalo bahasa londonya, "took their music too seriously" itu tadi (yes, I'm a jerk *grin*). Setelah beberapa saat, rasa penasaran gw muncul terhadap tulisan di kaos tersebut: "Aura Noir". Apa nih? Semacam band black metal kvlt yang dekorasi konsernya pake kepala domba ditusuk di tonggak dan orang-orang telanjang yang disalib? Didasari rasa penasaran tersebut maka bergugel-ria lah saya. Happy ending? Tentu saja, tuhan gugel memberikan saya karunia berupa artikel tentang Aura Noir ini, link download yang udah gw pampang di atas, dan gambar cover album dengan resolusi yang lumayan.

Mari bahas albumnya, shall we?
Setelah selesai mendengarkan album berdurasi kurang-lebih 42 menit ini gw jadi teringat dengan thrash model-model Slayer dan Sodom. Yes, thrash metal dengan sentuhan phallus lucifer, kepala kambing, dan pentagram.

Secara musikalitas cukup menarik, mosh-able lah, walau ada beberapa track yang bikin tensi turun. Mencoba bervariasi mungkin? Tapi menurut gw justru jadi killjoy. Untuk sound, well whaddya expect? Coba hijrah ke death metal aja kalo mengharapkan sound yang bagus haha. Walaupun agak nyampah tapi menurut gw sound kayak gini justru cocok untuk band bergenre blackened thrash metal seperti Aura Noir ini. Atmosfernya somewhat lebih kena, trashy and thrashy at the same time. Tapi simpan dulu paranoid kalian kawan-kawan, walaupun agak abal di lini sound tapi riff-riffnya dijamin akan membuat kepala kalian terangguk-angguk dengan sendirinya. Tak tertahankan, bagai ajakan kencan aktor korea pada seorang siswi SMA.

Track yang gw rekomendasikan: Conqueror, Black Thrash Attack, dan Destructor. Sekian deh, maafkan keabsurdan saya malam ini, kepala masih berdesir akibat diperkosa dengan brutal oleh Aura Noir selama 2 jam suntuk. BAHAYA!


Tracklist
1. Sons of Hades (3:31)
2. Conqueror (4:03)
3. Caged Wrath (5:28)
4. Wretched Face of Evil (4:11)
5. Black Thrash Attack (5:11)
6. The Pest (3:11)
7. The One Who Smite (4:07)
8. Eternally Your Shadow (3:36)
9. Destructor (4:41)
10. Fighting for Hell (4:10)

Aura Noir - Black Thrash Attack

Lantlos - .neon (2010)


Okeh, mari sedikit me-review. Awalnya gw tau band ini dari temen gw yg ngasih link ke review dari album ini. Post-Rock + Black Metal + Shoegaze? Wah kombinasi itu terdengar sangat menarik buat gw, lebih menarik dari video bokep yang sedang gw download. So, download-an bokep gw stop dan kemudian gw beranjak ke tuhan baru kita: google, untuk meminta wejangan di mana gw bisa dapetin album ini secara gratis dan ilegal.

First impression gw pada saat Minusmensch berkumandang: kalem? Lumayan, menghanyutkan khas tembang-tembang post-rock namun kelam layaknya alunan-alunan nada black metal. Karakter post-rock di .neon cukup kental, bisa didenger dari layer-layer gitar yang ngebantu membangun atmosfer dari setiap lagu di album ini. Eits tapi tunggu dulu! Pecinta blast-beat dan shrieking khas black metal juga bakal (sedikit) dipuaskan oleh track kedua: these nights were ours; oke, judul yang cukup melankolis, sangat tidak black metal-ish. Track ini dimulai dengan black metal, padat merayap ke arah shoegaze, untuk kemudian ditutup dengan black metal. Sweet.

I won't spoil the fun by describing every song, silahkan diunduh dan didenger sendiri. Percaya deh, album ini jauh lebih menarik daripada Ashlynn Brooke dan Shay Laren.


Tracklist:
1. Minusmensch (07:51)
2. These Nights Were Ours (04:43)
3. Pulse / Surreal (08:23)
4. Neige De Mars (05:03)
5. Coma (06:09)
6. Neon (07:42)

Lantlos - .neon

2010/06/22

Ugh

"ugh!", pekik pedih pekat


tak sengaja borok menggorok tawa


"cepat sembuh," harap borok




tapi lalu itu abadi
tawa tak akan pernah jujur lagi pada borok








Juni 2010

2010/05/04

Extreme Laziness

Ah ya... Begitulah, malas, bosan, jenuh, dan lainnya.
Apa diubah jadi tempat sharing musik dan buku aja ya blog ini?

Sepertinya asik..

dan ilegal
dan menantang
dan berguna
dan dan dan lainnya


Oh mood, seberapa cepat lagi engkau bisa berpilin-berpindah-berayun?
Ekstrim.

2010/01/17

Buku

o buku, berikan aku lari
seperti Dillinger
seperti Tan Malaka
seperti Sophie
seperti Ofelia
seperti...
seperti..

AH, SIAPALAH!





...kau tidak akan mengkhianatiku bukan?






Januari 2010