Navigasi

2013/09/02

Reassessing Eskapisme #1

Ya, beberapa hari yang lalu aku menulis tentang betapa nyatanya "kebahagiaan" yang kualami saat ini. Fast-forward beberapa bulan kemudian. September 2013. Beberapa lembar surat kemudian berlalu, dan aku pun sepertinya harus memikirkan ulang tentang "kebahagiaan" ini.

Mungkin kebahagiaan ini memang nyata. Ya, segala keriaan, dan harapan, serta janji-janji akan esok yang lebih baik kembali terbit setelah aku mengenalnya. Dia? Kalian tak perlu tahu siapa (walau mungkin kalian yang mengenalku secara pribadi sudah mempunyai satu-dua tebakan tentang siapa dia).

Mungkin.

Suatu kata yang rancu ya? Ia bisa menjadi kata yang penuh keniscayaan jika kau sedang dipenuhi oleh harap. Namun, bagiku sepertinya sekarang "mungkin" sudah menjelma menjadi tak lebih dari janji akan esok yang tak akan pernah terbit.

Maka kukatakan sekali lagi, mungkin kebahagiaan ini nyata, atau mungkin tidak. Hanya mungkin. Ringkih, konsep kebahagiaan yang sedang kupeluk ini bergantung antara nyata dan fana. Ah ya, ternyata kau memang tak boleh terlalu yakin akan sesuatu. Hanya dengan begitu apabila suatu saat kenyataan datang untuk menjagal mimpi-mimpimu, engkau bisa menghadapinya dengan tawa.

Terdengar menyedihkan, mungkin, tapi yang penting kau bahagia kan?

(Mungkin...)





-------------------
September 2, 2013
Ayo bangunlah, aku. Ayo kembali berbisa.