Navigasi

2014/04/25

..dan kau pun datang membakar dengan canggung

Semua gelap. Haru. Biru, nyaris hitam.

"Cinta hanyalah suatu keniscayaan," pikirku.

Sampai kamu datang, sedikit membara, sedikit canggung. Aku tahu kita sama. Sesama mereka yang terpinggir karena menolak terseragamkan.

Maka kupikir, "mungkin kita bisa jadi teman."

Kau memberiku petualangan-petualangan baru, dan aku memberimu telinga; yang terkadang kau isi dengan cekikikan, terkadang kau isi dengan serapah.

Semuanya menyenangkan. Begitu sederhana.

Namun apa daya? Ketakutan akan kesepian membuatku terlalu membutuhkanmu.

Aku tahu aku tak akan pernah bisa memegangmu, karena engkau adalah molotov yang membakar, walau sedikit canggung.

Sedang aku hanyalah ombak yang merindukan pantai.



-----------------------------------
Jakarta, 18 April 2014
Untukmu yang menolak padam.

Making Amends

Entah mengapa hari ini kau berbeda. Pandanganmu memburu, menyapu langit seperti mencari sesuatu.

Kamu menunduk, menatapku, lalu tersenyum.

"Waktuku tinggal sedikit, sayang," katamu.

Mengabaikan tanya di wajahku, engkau pun kembali menengadah, lalu tersenyum kecut. Engkau mengerti bahwa hari ini, besok, atau pun lusa langit tak akan mengembalikan senyummu.







-------------------------------
Jakarta, 18 April 2014
Melihat caramu berdamai dengan akhir selalu membuatku tak habis pikir