Navigasi

2014/03/23

Aku Ingin

Aku ingin jadi peluru.

Tidak, tidak. Bukan peluru seperti Wiji Thukul. Aku ingin menjadi peluru yang lebih sederhana. Bersih, bersinar karena lama kau simpan bertahun-tahun di laci rumahmu, di bawah tumpukan puisi-puisi tak berbalas yang kau tulis di saat birumu.

Aku ingin jadi peluru,
yang terbang mengoyak jantungmu; yang bersemayam di lukamu; yang mengantarmu menuju nadir.



Sekarang, andai saja kau mau menarik pelatuknya...






---------------------------
Jakarta, 24 Maret 2014
Menunggumu.

2014/03/20

Rekonsiliasi

03:25
Hitam mulai berkejaran dengan biru,
membawa haru larut ke dalam sendu.

Ah, sudah lama aku tak bercinta dengan Malam; menghirup atmosfernya, menghanyutkannya ke dalam rasa untuk kemudian melepasnya menjadi aksara.

Aku merindukan kepedihan dan kesendirian yang diberikan Malam setiap kali aku merengkuhnya. Sepi dan sedikit menyakitkan, mungkin, namun malam adalah satu-satunya waktu di mana perdamaian menampakkan dirinya bukan sebagai utopia belaka padaku.

Beberapa bulan belakangan ini, aku sibuk mengabaikan bisu yang ditawarkan Malam. Entahlah, mungkin aku hanya lelah meladeni sepi yang kian hari makin deras menggerung. Aku terlalu sibuk mengejar seorang Matahari yang hanya bersinar di kala malam, tanpa sadar bahwa ia tak akan pernah bersinar untukku.

Maka dengan rentetan kata ini, aku mengajukan rekonsiliasi untukmu, Malam. Aku akan berhenti mengejar Sang Matahari karena sepertinya berhenti peduli untuk siapa ia bersinar adalah opsi paling masuk akal. Toh, aku yang paranoid ini sampai kapanpun tak akan mampu memahami untuk siapa ia bersinar sebenarnya? Untukku? Untuknya? Atau mungkin ia bersinar untuk siapapun yang kebetulan mengorbit di dekatnya? Dia seperti tak pernah memerlukan alasan untuk bersinar, dan tak pernah memikirkan untuk siapa ia bersinar.

Hei hei, lihat? Belum berlalu satu paragraf dan aku sudah banyak berbicara tentang dia lagi.
Sudahlah, lupakan. Maafkan aku, Malam.
Here's to our future years together. Hope I don't get blinded by the sun again.




------------------------------
Jakarta, 21 Maret 2014
Rekonsiliasi dengan Malam, dan sebuah reafirmasi dengan nazar "less you, more music" yang aku kicaukan di semesta Twitter beberapa hari yang lalu.

Pagi, dan Segala Harap yang Menyertainya

Aku mendengar derap langkah Matahari.
Berparang harapan, dan seserpih asa
ia mendekat.

Ssssttt...
Berhentilah mencoba menjangkaunya,
engkau akan terbakar.


------------------------------
Jakarta, 21 Maret 2014
Anak haramku dengan Malam.