Navigasi

2010/09/21

Ahmad Wahib

“Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. Jadi dia menghina Tuhan karena kepercayaannya hanya sekedar kepura-puraan tersembunyi."

Tulisan di atas adalah kata-kata yang ditulis oleh Ahmad Wahib pada buku hariannya. Kata-kata yang sudah sering diabaikan oleh orang-orang yang mengaku ber-Tuhan. Mereka lebih memilih memasang otot sebagai tameng daripada akal, dan hati nurani. Alhasil, diskusi pun mati. Lenyap terseret oleh arus kekerasan.

Melalui kesempatan berdiskusi kali ini, kami mengajak kawan-kawan untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran Ahmad Wahib dalam konteks fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama, yang mana mulai meluap muncul ke permukaan lagi baru-baru ini.

Diskusi ini rencananya akan diadakan pada:
Selasa, 28 September 2010
Pukul 16:00-18:00 WIB

Bertempat di:
Auditorium Gedung Komunikasi FISIP UI


Sampai jumpa di alam diskusi, kawan!

-- Kelompok Diskusi Astina
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yak, yang berikut tadi adalah sepatah titipan dari Kelompok Diskusi Astina. Saya tidak akan berlama-lama menjelaskan tentang Astina. Kenapa? Males; sekian-terimakasih.
Maaf, tidak bermaksud untuk menjadi bedebah-bangsat-mati-lo-sana tapi semuanya mengenai Astina bisa dibaca di facebook, twitter, dan blognya. Cool?

Okelah, cool lah ya.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin copy-paste. Ya, copy-paste beberapa kutipan dari Ahmad Wahib, seorang tokoh pemuda Indonesia yang menurut saya patut mendapatkan ekspos yang sama, bahkan mungkin lebih besar, dari Soe Hok Gie. Untuk seluk-beluk mengenai kehidupan dan pemikiran beliau sepertinya bisa tanya kepada Mbah Google aja, dia lebih berpengalaman dalam menjejali pikiran kalian dengan pangetahuan dibanding saya (baca: males).

Mungkin ada yang tanya, kenapa copy-paste doang? Karena, menurut argumen pretensius dan sok bijak saya, setiap orang pasti punya interpretasi sendiri terhadap kata-kata beliau dan apa yang saya pikir cukup menohok tepat ke celah akal saya belum tentu menyerang titik kelemahan akal kalian juga. Selain itu saya juga gak mau memimbar-jumatkan blog ini dengan khotbah kenapa kata-kata tersebut harus, patut, dan wajib dipikirkan. (baca: males)

Berikut ini kutipan-kutipannya. Selamat terdiam-merenung!


"Aku bukan Hatta, bukan Soekarno, bukan Syahrir, bukan Natsir, bukan Marx, dan bukan pula yang lain-lain. Bahkan, aku bukan Wahib.
Aku bukan Wahib. Aku adalah me-Wahib. Aku mencari, dan terus menerus mencari, menuju, dan menjadi Wahib. Ya,  aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus menerus berproses menjadi aku."
-- Ahmad Wahib

“Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. Jadi dia menghina Tuhan karena kepercayaannya hanya sekedar kepura-puraan tersembunyi."

-- Ahmad Wahib


"Tuhan, bisakah aku menerima hukum-Mu tanpa meragukannya lebih dahulu? Karena itu Tuhan, maklumilah lebih dulu bila aku masih ragu akan kebenaran hukum-hukum-Mu. Jika Engkau tak suka hal itu, berilah aku pengertian-pengertian sehingga keraguan itu hilang. Tuhan, murkakah Engkau bila aku berbicara dengan hati dan otak yang bebas, hati dan otak sendiri yang telah Engkau berikan kpadaku dengan kemampuan bebasnya sekali ? Tuhan, aku ingin bertanya pada Engkau dalam suasana bebas. Aku percaya, Engkau tidak hanya benci pada ucapan-ucapan yang munafik, tapi juga benci pada pikiran-pikiran yang munafik, yaitu pikiran-pikiran yang tidak berani memikirkan yang timbul dalam pikirannya, atau pikiran yang pura-pura tidak tahu akan pikirannya sendiri" 

-- Ahmad Wahib


"Tuhan, aku menghadap padamu bukan hanya di saat-saat aku cinta padamu, tapi juga di saat-saat aku tak cinta dan tidak mengerti tentang dirimu, di saat-saat aku seolah-olah mau memberontak terhadap kekuasaanmu. Dengan demikian Rabbi, aku berharap cintaku padamu akan pulih kembali."

-- Ahmad Wahib

1 komentar:

  1. Ahamad Wahib pun akhirnya meragukan akan dirinya sendiri, gak pede banget sih jadi orang #facepalm

    dan akhirnya beliau pun menjadi tuhan hanya karena kata "sesungguhnya" dari mulut beliau, dan akhirnya lagi beliau menjadi "zat" yang paling tahu tentang orang2 yang bertuhan yang beliau sebut

    dan satu lagi, dikutip dari perkataan seorang ahli percintaan (dan saya mempercayainya!!) kadang orang lebih banyak yang meminta bukti dulu baru percaya ketimbang percaya dulu baru bukti

    BalasHapus